loader

Pusat Internet Indonesia Tumbang Diamuk Si Jago Merah

Insiden kebakaran dapat terjadi secara tiba-tiba dimanapun dan kapanpun. Namun, apa jadinya bila kebakaran terjadi di pusat internet Indonesia? Misalnya seperti yang terjadi baru-baru ini. Kebakaran terjadi di Gedung Cyber 1 yang terletak di Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis, (2/12/2021).

Si jago merah dilaporkan mulai melahap sebagian gedung sekitar pukul 12.35 WIB. Gedung Cyber 1 sendiri merupakan salah satu lokasi penting dalam arus lalu lintas internet di Indonesia. Tak ayal, insiden kebakaran di Gedung Cyber ini menyebabkan gangguan pada sejumlah layanan internet di Indonesia pada Kamis siang.

Apa saja? Rumah bagi data center Indonesia Sebelum itu, perlu diketahui dulu sebenarnya apa itu Gedung Cyber 1 dan mengapa gedung ini bisa menjadi sebab gangguan layanan internet pada Kamis lalu. Gedung Cyber 1 beralamat lengkap di Jalan Kuningan Barat Raya Nomor 8, RT 1 RW 3, Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Selama ini, Gedung Cyber 1 ini dikenal sebagai lokasi penting dalam arus lalu lintas internet di Tanah Air. Pasalnya, gedung ini menjadi salah satu pusat berkumpulnya data center (pusat data) dan server milik sejumlah perusahaan teknologi di Indonesia.

Karena itu, di gedung ini pula-lah banyak terjadi pertukaran data (exchange) koneksi internet dari aplikasi atau layanan yang digunakan pengguna di Indonesia.

Ada beberapa perusahaan yang menempatkan data center di Gedung Cyber 1. Pertama ada Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), organisasi internet ini memiliki data center di Gedung Cyber yang digunakan untuk menggelar layanan Indonesia Internet Exchange (IIX). Menurut GM IT Operation KGMedia Murfi A. Hatumena, IIX sendiri adalah wadah untuk menyatukan seluruh konektivitas yang dioperasikan oleh penyedia layanan internet/internet service provider (ISP) ke dalam satu jaringan yang sama, yang mana dikelola oleh APJII.

Sebelum adanya IIX, trafik konten yang diakses pengguna internet Indonesia harus terlebih dahulu terhubung dengan jaringan yang ada di luar negeri. Hal itu mengakibatkan proses penerimaan konten memakan waktu yang lebih lama dan juga menambah ongkos pengeluaran ISP untuk trafik.

Sebagai contoh, ketika mengirim Anda mengirim e-mail ke teman di sebelah Anda. Sebelum ada IIX, dulu alurnya adalah e-mail itu harus dikirim terlebih dahulu ke server di luar negeri. Setelah itu, dari server luar negeri baru dikirimkan lagi ke server di Indonesia.

Lalu, terakhir e-mail itu baru sampai ke teman Anda. Dengan layanan Indonesia Internet Exchange, interkoneksi antar-ISP di Indonesia semakin tinggi karena berkumpul di satu jaringan, serta bisa mereduksi trafik dari Indonesia yang lari ke luar negeri. APJII sendiri dilaporkan memiliki 15 titik Indonesia Internet Exchange per April 2021, yang mana salah satunya terletak di Jakarta, tepatnya di Gedung Cyber 1. Tidak diketahui secara pasti berapa ISP yang mengikuti layanan IIX yang dikelola APJII. Namun, pada Buletin APJII Edisi 85 yang dipublikasi pada April 2021, sejumlah nama pemain global yang bergabung dengan IIX, adalah Alibaba, Akamai, Facebook, dan Google.

Sementara untuk anggota, organisasi internet Indonesia ini dilaporkan memiliki 500 ISP yang terdaftar, menurut data APJII per Januari 2021, Perusahaan kedua dan ketiga yang memiliki data center di Gedung Cyber adalah Niagahoster dan Rumahweb Indonesia.

Keduanya merupakan penyedia web hosting di Indonesia. Sebagai penyedia web hosting, Niagahoster dan Rumahweb Indonesia sudah digunakan untuk mendirikan website oleh ratusan ribu klien asal Indonesia. Menurut data di situs resmi keduanya, hingga saat ini, Niagahoster disebutkan sudah memiliki lebih dari 500.000 klien terdaftar, sedangkan Rumahweb Indonesia memiliki lebih dari 155.000 klien.

Keempat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta juga ternyata menyimpan data center miliknya di Gedung Cyber 1. Di samping itu, Gedung Cyber ini juga merupakan salah satu area kerja Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengingat banyaknya penyedia layanan berbasis internet yang menaruh data center serta banyaknya layanan yang di-hosting dari data center yang ada di Gedung Cyber 1, agaknya bisa dibayangkan seberapa banyak layanan berbasis internet yang terdampak oleh insiden kebakaran di Gedung Cyber 1.


Murfi mengatakan, keberadaan Gedung Cyber di Indonesia ini sudah menjadi kebutuhan dan kepentingan bagi semua pengguna prasarana teknologi informasinya. Aplikasi dan layanan internet down Saat kebakaran terjadi, sejumlah pemilik data center di Gedung Cyber 1, seperti APJII dan Rumahweb Indonesia mengakui bahwa pihaknya melakukan pemutusan arus listrik ke data center miliknya.

Hal tersebut dilakukan demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti overheat (peningkatan suhu) pada data center, misalnya. Karena tak ada aliran listrik, pertukaran data internet yang biasanya berjalan normal di server yang ada Gedung Cyber 1 akhirnya terputus. Hal ini lantas membuat sejumlah aplikasi dan layanan internet mengalami gangguan dan tak bisa diakses. Berikut daftar aplikasi dan layanan yang sempat tumbang akibat kebakaran di Gedung Cyber:

Aplikasi investasi Ajaib Aplikasi keuanagan IPOT (PT Indo Premier Sekuritas) Penyedia web hosting Niagahoster Penyedia web hosting Rumahweb Indonesia Call center Jakarta Siaga dengan nomor 112 milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta Marketplace Shopee (ShopeePay) Game online Ragnarok Layanan telepon RuangGuru Situs berita Antara Aplikasi MTix milik jaringan bioskop CinemaXXI. Aplikasi-aplikasi tersebut dikeluhkan bermasalah oleh pengguna mulai Kamis siang, pasca-kebakaran di Gedung Cyber 1.

Kebakaran di Gedung Cyber 1 ini juga berdampak pada pusat data atau server yang mengelola software Central Equipment Identity Register (CEIR). CEIR sendiri berfungsi untuk mengidentifikasi nomor International Mobile Equipment Identity (IMEI) berbagai perangkat telekomunikasi, seperti smartphone, yang masuk ke Indonesia, sehingga bisa mendapatkan layanan dari operator seluler lokal.

Sejumlah aplikasi dan penyedia layanan yang terdampak telah mengabarkan soal gangguan ini kepada konsumennya melalui akun resmi media sosial masing-masing. Namun, pada Kamis sore hingga malam, sejumlah aplikasi dilaporkan mulai berangsur pulih. Ujian sekolah ikut tertunda Kebakaran di Gedung Cyber 1 juga membuat ujian Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil berbasis komputer/computer based test (CBT) di sejumlah sekolah yang seharusnya dilaksanakan pada Jumat (3/12/2021), harus ditunda.

Ujian PAS ini sendiri diketahui berbasis komputer. Menurut informasi yang diterima KompasTekno, data center milik provider CBT yang digunakan untuk pelaksanaan PAS di sejumlah sekolah itu berada di Gedung Cyber 1. Karena terjadi kebakaran di Gedung Cyber 1, data center provider CBT untuk ujian PAS itu terdampak dan akhirnya mengalami gangguan.

Menkominfo minta layanan internet gunakan server cadangan Kebakaran di Gedung Cyber 1 yang sempat membuat aplikasi dan layanan internet tumbang pada Kamis (2/12/2021) ini akhirnya membuat Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G.

Plate angkat bicara. Johnny meminta agar setiap penyedia layanan dan platform digital yang menaruh server di Gedung Cyber dan terdampak kebakaran, untuk menggunakan server cadangannya (backup). Tujuannya agar lalu lintas internet di Indonesia tetap berjalan dengan normal. “Kami minta sesegera mungkin mengoptimalkan server backup-nya dan melakukan reroute (pengalihan rute) trafik dengan menghindari sementara jalur ke Gedung Cyber,” kata Johnny melalui pesan singkat kepada KompasTekno, Jumat. Menurut dia, server backup menjadi salah satu skenario mitigasi yang harus dimiliki setiap penyedia layanan digital. Utamanya, ketika terjadi bencana atau kebakaran seperti yang terjadi baru-baru ini.

Menyambung soal server backup, Murfi turut mengungkapkan bahwa biasanya server cadangan ini tidak selalu memiliki kualitas yang bagus seperti server utama. “Umumnya sejumlah ISP besar sudah memiliki jalur backup masing-masing. Ketika menggunakan server backup, kualitas koneksinya saja barangkali yang menurun. Ini akibat peralihan ke jalur backup yang beda kualitasnya dibanding jalur utamanya,” kata Murfi. Meski demikian, menurut Murfi, server backup menjadi infrastruktur wajib yang mesti dimiliki penyedia layanan berbasis internet. Sebab, bila tak punya server backup, layanan bukan hanya menurun kualitasnya tapi juga bakal lumpuh alias tak bisa diakses sama sekali. Gedung Cyber pernah 3 kali kebakaran Sejauh ini, kebakaran di Gedung Cyber 1 sudah memakan dua korban jiwa. Menurut hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), sumber api yang membuat terbakarnya sebagian gedung Cyber berasal dari satu titik. Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Azis Andriansyah mengatakan api itu berasal dari panel kabel listrik di lantai 2 gedung Cyber. Azis mengatakan, tidak ada ruangan atau gedung Cyber yang terbakar. Kepulan asap yang menyelimuti ruangan diduga berasal dari panel kabel yang terbakar. Kebakaran di Gedung Cyber 1 yang terjadi pada Kamis (2/12/2021) siang ini sebenarnya bukanlah insiden kebakaran yang pertama kalinya. Sebelumnya, gedung yang terletak di Jalan Kuningan Barat itu sudah pernah dua kali mengalami kejadian serupa. Jadi bila ditotal, sudah tiga kali insiden kebakaran terjadi di Gedung Cyber 1.

Insiden kebakaran pertama terjadi pada 11 Februari 2014. Si jago merah saat itu melahap Gedung Cyber 1 di Lantai 11. Sedangkan insiden kebakaran kedua terjadi setahun kemudian, tepatnya pada 19 Agustus 2015. Saat itu api muncul dari salah satu ruangan di lantai 8 pada siang bolong. Gedung Cyber tidak layak jadi rumah data center Pasca insiden kebakaran yang ketiga ini, Gedung Cyber 1 disebut tidak layak untuk dijadikan sebagai gedung data center. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Bidang Koordinator IIX dan Data Center APJII, Syarif Lumintarjo dalam sebuah konferensi pers virtual terkait kebakaran Gedung Cyber 1. Menurut Syarif, profil gedung Cyber 1 seperti material bangunannya, dinilai belum memenuhi standar untuk penempatan data center. Ia merinci, bentuk tembok, serta penggunaan kaca yang dilapisi gipsum pada Gedung Cyber 1 disebut jauh dari standar gedung data center yang semestinya.

Tak sengaja jadi pusat data center Syarif turut mengungkapkan, sebenarnya, Gedung Cyber 1 ini tak sengaja dijadikan salah satu “rumah” bagi data center di Indonesia. Kemungkinan besar hal ini pula yang menyebabkan Gedung Cyber 1 tidak dibangun sesuai dengan standar sebuah gedung data center. “Berdasarkan pengalaman saya sekitar 15-20 tahun, Gedung Cyber 1 itu sebenarnya tidak sengaja dijadikan internet exchange (data center),” ungkap Syarif. Menurut dia, Gedung Cyber 1 bukanlah gedung data center. Hanya saja, kebetulan, banyak penyelenggara data center yang sudah “menghuni” gedung tersebut sejak awal. “Jadi secara de facto, Gedung Cyber 1 menjadi tempat berkumpul (para penyelenggara data center) karena memang di situlah para pendiri internet dimulai,” imbuh Syarif. Seiring berjalannya waktu, para tenant atau penghuni lainnya, yang memiliki hubungan dengan data center, lantas mengikuti dan mengisi gedung tersebut. Makanya, Gedung Cyber 1 sekarang sudah menjadi gedung ikonik sebagai pusat data center di Indonesia. Meski pada dasarnya, ini sejatinya bukan gedung data center.

Bagikan
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

//

Halo Kak, perlu bantuan Mister ?